Bangun rumah yang paling awal dibangun dalam perumahan, type bangunan sake kutus diklasifikasikan sebagai bangunan madia dengan fungsi tunggal sebagai tempat tidur yang disebut bale meten. Komposisinya berada di sisi kaja natah (halaman tengah) menghadap kelod berhadapan dengan sumanggem/bale delod. Dalam proses membangun rumah bale meten merupakan bangunan awal. Jaraknya delapan tapak kaki dengan pengurip angandang diukur dari tembok pekarangan sisi kaja. Selanjutnya bangunan yang lainnya di bangun dengan jarak yang diukur dari bale meten.
Bentuk bangunan segi empat panjang, dengan ukuran 5 m x 2,5 m,
dengan tinggi lantai sekitar 1,2 m dengan empat atau lima anak tangga kearah natah lantai lebih tinggi dari bangunan lainnya untuk estetika.
Konstruksi terdiri delapan tiang yang dirangkai empat empat menjadi dua balai-balai. Masing-masing balai-balai memanjang kaja kelod dengan kepala kearah luan kaja. Tiang-tiang dirangkaikan dengan sunduk waton/selimar likah dan galar. Stabilitas konstruksi dengan sistim lait pada pepurus sunduk dengan lubang tiang senggawang tidak ada pada bale sekutus. Bangunan dengan
dinding penuh pada keempat sisi dan pintu keluar masuk kearah natah.
Bagian bagian bangunan :
a. Bebaturan. Bagian bawah atau kaki bangunan yang terdiri dari jongkok asu sebagai pondasi tiang, tapasujan sebagai perkerasan tepi bebaturan. Bebaturan merupakan lantai bangunan, undag atau tangga sebagai lintasan naik turun lantai kehalaman. Satuan modul adalah a musti setinggi genggaman tangan sampai keujung ibu jari ditegakkan + 15 cm . Sloka kelipatan adalah watu untuk bebaturan perumahan, kelipatan rubuh dihindari. Sloka kelipatan adalah candi - watu - segara - gunung - rubuh, dihitung dari bawah.
Bahan bangunan yang digunakan, jongkok asu sebagai pondasi alas tiang disusun dari pasangan batu alam atau batu buatan perekat pasir semen. Pasangan bidang tegak tepi lantai bebaturan pasangan batu cetak, batu bata atau batu alam, kini lantai menggunakan bahan-bahan produk industri .
b. Tembok. Tembok dan pilar-pilarnya dibangun dengan pola kepala badan kaki, dihias dengan pepalihan dan ornamen bagian-bagian tertentu. Tembok tradisional dibangun terlepas tanpa ikatan dengan konstruksi rangka bangun. Tembok tidak terpengaruh bila terjadi goncangan pada konstruksi rangka atau konstruksi rangka tidak terpengaruh bila konstruksi tembok roboh.
Bahan bangunan yang digunakan, dari pasangan batu bata, batu padas jenis-jenis batu alam yang sesuai bahan tembok .
c. Tiang (Sesaka). Tiang yang disebut Sesaka adalah elemen utama dalam bangunan tradisioanl, Penampang tiang bujur sangkar dengan sisi-sisi sekitar 11,5 cm panjang tiang sekitar 250 cm. Bahan yang dipakai untuk tiang adalah kayu dengan kelas-kelas kwalitas dari kelompok kelempok tertentu yang diidentikkan dengan personal kerajaan. Kayu untuk bahan bangunan perumahan ditentukan raja kayu ketewel (kayu nangka), patih kayu jati. Penempatannya pada bagian konstruksi disesuaikan dengan kehormatan kedudukan perangkat kerajaan.
Bagian bagian bangunan :
a. Bebaturan. Bagian bawah atau kaki bangunan yang terdiri dari jongkok asu sebagai pondasi tiang, tapasujan sebagai perkerasan tepi bebaturan. Bebaturan merupakan lantai bangunan, undag atau tangga sebagai lintasan naik turun lantai kehalaman. Satuan modul adalah a musti setinggi genggaman tangan sampai keujung ibu jari ditegakkan + 15 cm . Sloka kelipatan adalah watu untuk bebaturan perumahan, kelipatan rubuh dihindari. Sloka kelipatan adalah candi - watu - segara - gunung - rubuh, dihitung dari bawah.
Bahan bangunan yang digunakan, jongkok asu sebagai pondasi alas tiang disusun dari pasangan batu alam atau batu buatan perekat pasir semen. Pasangan bidang tegak tepi lantai bebaturan pasangan batu cetak, batu bata atau batu alam, kini lantai menggunakan bahan-bahan produk industri .
b. Tembok. Tembok dan pilar-pilarnya dibangun dengan pola kepala badan kaki, dihias dengan pepalihan dan ornamen bagian-bagian tertentu. Tembok tradisional dibangun terlepas tanpa ikatan dengan konstruksi rangka bangun. Tembok tidak terpengaruh bila terjadi goncangan pada konstruksi rangka atau konstruksi rangka tidak terpengaruh bila konstruksi tembok roboh.
Bahan bangunan yang digunakan, dari pasangan batu bata, batu padas jenis-jenis batu alam yang sesuai bahan tembok .
c. Tiang (Sesaka). Tiang yang disebut Sesaka adalah elemen utama dalam bangunan tradisioanl, Penampang tiang bujur sangkar dengan sisi-sisi sekitar 11,5 cm panjang tiang sekitar 250 cm. Bahan yang dipakai untuk tiang adalah kayu dengan kelas-kelas kwalitas dari kelompok kelempok tertentu yang diidentikkan dengan personal kerajaan. Kayu untuk bahan bangunan perumahan ditentukan raja kayu ketewel (kayu nangka), patih kayu jati. Penempatannya pada bagian konstruksi disesuaikan dengan kehormatan kedudukan perangkat kerajaan.
d. Lambang/Pementang, Lambang adalah balok belandar sekeliling rangkaian tiang , lambang rangkap yang disatukan, balok rangkaian yang dibawah disebut lambang yang diatas disebut sineb. Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut iga-iga, pangkal iga-iga dirangkai dengan kolong atau dedalas yang merupakan bingkai luar bagian atap. Ujung atasnya menyatu dengan puncak atap yang disebut dedeleg. Untuk mendapatkan bidang atap, lengkung, kemiringan dibagian bawah lebih kecil dari bagian atas. dibuat rusuk bersambung yang disebut gerantang. Konstruksi atap dengan sistim kampiyah difungsikan untuk sirkulasi udara selain udara yang melalui celah antara atap dan kepala tembok. Penutup atap menggunakan alang-alang atau atap genteng.
Hiasan-hiasannya berpedoman pada aturan tata hiasan yang umum berlaku untuk masing-masing elemen. Keseluruhan konstruksi rangka bangunan membentuk suatu kesatuan stabilitas struktur yang estetis fungsional. Hubungan elemen-elemen konstruksi dikerjakan dengan sistim pasak, baji.