Arsitektur tradisional sebagai bagian dari kebudayaan kelahirannya dilatar belakangi oleh norma-norma agama, adat kebiasaan setempat dan dilandasi oleh keadaan alam setempat. Karena berbudayalah cenderung setiap saat kita mengadakan pembaharuan - pembaharuan yang sering disebut modernisasi. Kebudayaan melatar belakangi setiap masalah dan sering menimbulkan dilema antara tradisi yang cenderung bertahan dan modernisasi yang cenderung merombak dengan membawa nilai-nilai baru.
Arsitektur, yang merupakan endapan kecendrungan manusiawi pergeseran tata nilai dengan per- masalahan-permasalahan yang ditimbulkannya. Masalah khusus yang dialami, dari dalam merupakan kesukaran untuk memindahkan pengetahuan Arsitektur tradisional dari generasi pemegang ke generasi penerusnya, Pedoman pelaksanaan arsitektur yang terlibat didalamnya, kepustakaannya ditulis dengan hurup bali dalam bentuk cakapan dan daun rontal. Kemampuan membaca rontal dan memahami bahasa Undagi terbatas pada beberapa orang tertentu. Dengan demikian jelaslah bahwa untuk memindahkan dan meneruskan ilmu pengertian arsitektur tradisional dari generasi ke gernerasi berikutnya merupakan tantangan yang berat adanya. Dari luar adalah kehadiran teknologi yang membawa nilai nilai baru, menuntut penyediaan ruang-ruang baru yang sebelumnya belum ada dalam perancangan arsitektur tradisional. Transportasi dan pelayanan kemudahan lainnya menampilkan berbagai tuntutan baru dalam ruang-ruang tradisional. Pekarangan tradisional perlu memperhitungkan kebutuhan garase memperlebar angkul-angkul pintu pekarangan.
Dalam kamus bahasa Indonesia arsitektur adalah seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan,
jembatan, dan sebagainya, metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan. Arsitektur, yang merupakan endapan kecendrungan manusiawi pergeseran tata nilai dengan per- masalahan-permasalahan yang ditimbulkannya. Masalah khusus yang dialami, dari dalam merupakan kesukaran untuk memindahkan pengetahuan Arsitektur tradisional dari generasi pemegang ke generasi penerusnya, Pedoman pelaksanaan arsitektur yang terlibat didalamnya, kepustakaannya ditulis dengan hurup bali dalam bentuk cakapan dan daun rontal. Kemampuan membaca rontal dan memahami bahasa Undagi terbatas pada beberapa orang tertentu. Dengan demikian jelaslah bahwa untuk memindahkan dan meneruskan ilmu pengertian arsitektur tradisional dari generasi ke gernerasi berikutnya merupakan tantangan yang berat adanya. Dari luar adalah kehadiran teknologi yang membawa nilai nilai baru, menuntut penyediaan ruang-ruang baru yang sebelumnya belum ada dalam perancangan arsitektur tradisional. Transportasi dan pelayanan kemudahan lainnya menampilkan berbagai tuntutan baru dalam ruang-ruang tradisional. Pekarangan tradisional perlu memperhitungkan kebutuhan garase memperlebar angkul-angkul pintu pekarangan.
Sedangkan dalam buku Arsitektur tradisional daerah Bali
Arsitektur tradisional adalah perwujudan ruang untuk menampung aktifitas kehidupan manusia dengan pengulangan bentuk dari generasi ke generasi berikutnya dengan sedikit atau tanpa perubahan, yang dilatar belakangi oleh norma-norma agama dan dilandasi oleh adat kebiasaan setempat dijiwai kondisi dan potensi alam lingkungannya,
Arsitektur tradisional Bali . Arsitektur yang berlokasi di Bali, dibangun, dihuni, dan digunakan oleh penduduk Bali yang berkebudayaan Bali, kebudayaan yang berwajah natural dan berjiwa ritual.
Dengan demikian jelas, lokasi, penduduk dan kebudayaannya merupakan pokok-pokok identitas perwujudan arsitektur tradisional.
No comments:
Post a Comment