Saturday, 26 October 2013

Bale Delod

Bale Delod Sake Kutus

        Dalam komposisi bangunan rumah saka kutus ini menempati letak bagian kelod yang juga disebut Bale delod, dalam proses pembangunan bale delod letaknya dari bale meten  diukur  dengan   menggunakan tapak kaki dengan pengurip angandang tergantung dari kecenderungan penghuni rumah.  Bale delod difungsikan sebagai sumanggem, bangunan untuk upacara adat, tamu dan tempat bekerja atau serbaguna.

        Bentuk bangunan  segi empat panjang, dengan ukuran 355 m x 570 m,  dengan tinggi lantai sekitar 0,8 m dengan tiga anak tangga kearah natah. Konstruksi terdiri delapan tiang tiga deret di depan dan ditengah dua deret dibelakang, dengan satu balai balai mengikat empat tiang hubungan balai balai dengan konstruksi perangkai sunduk waton dan empat tiang lainnya berdiri dengan senggawang sebagai stabilitas.  Bangunan dengan dinding penuh pada luan sisi kangin dan sisi kelod dan terbuka kearah  natah, konstruksi atap limas.

Bagian bagian bangunan :
a.     Bebaturan.   Bagian bawah atau kaki bangunan yang terdiri dari jongkok asu sebagai pondasi tiang, tapasujan sebagai perkerasan tepi bebaturan. Bebaturan merupakan lantai bangunan, undag atau tangga sebagai lintasan naik turun lantai kehalaman. Satuan modul adalah a musti setinggi genggaman tangan sampai keujung ibu jari ditegakkan + 15 cm . Sloka kelipatan adalah watu untuk bebaturan perumahan, kelipatan rubuh dihindari. Sloka kelipatan adalah candi - watu - segara - gunung - rubuh, dihitung dari bawah.
Bahan bangunan yang digunakan,  jongkok asu sebagai pondasi alas tiang disusun dari pasangan batu alam atau batu buatan perekat pasir semen. Pasangan bidang tegak tepi lantai bebaturan pasangan batu cetak, batu bata atau batu alam, lantai menggunakan bahan-bahan produk industri .

b.    Tembok.    Tembok dan pilar-pilarnya  dibangun dengan pola kepala badan kaki, dihias dengan pepalihan dan ornamen bagian-bagian tertentu. Tembok tradisional dibangun terlepas tanpa ikatan dengan konstruksi rangka bangun. Tembok tidak terpengaruh bila terjadi goncangan pada konstruksi rangka atau konstruksi rangka tidak terpengaruh bila konstruksi tembok roboh.
Bahan bangunan yang digunakan, dari pasangan batu bata, batu padas jenis-jenis batu alam yang sesuai bahan tembok .

c.    Tiang (Sesaka).  Tiang yang disebut Sesaka adalah elemen utama dalam  bangunan tradisioanl, Penampang tiang bujur sangkar  dengan sisi-sisi sekitar 10 cm panjang tiang sekitar 250 cm. Bahan yang  dipakai untuk tiang  adalah kayu dengan kelas-kelas kwalitas dari kelompok kelempok tertentu yang diidentikkan dengan personal kerajaan. Kayu untuk bahan bangunan perumahan ditentukan raja kayu ketewel (kayu nangka), patih kayu jati. Penempatannya pada bagian konstruksi disesuaikan dengan kehormatan kedudukan perangkat kerajaan , di puncak konstruksi  dibagian tengah dan dibawah. Bentuk hiasan  tiang dari yang paling sederhana kayu dolken , sampai tiang berhiaskan ornamen berukir.

d.        Lambang/Pementang,   Lambang adalah balok belandar sekeliling rangkaian tiang , lambang rangkap yang disatukan, balok rangkaian yang dibawah disebut lambang yang diatas disebut sineb. Balok tarik yang membentang ditengah-tengah mengikat jajaran tiang tengah di sebut pementang. Balok yang mengikat pementang berakhir di atas tiang tengah di sebut tada paksi. Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut iga-iga, pangkal iga-iga dirangkai dengan kolong atau dedalas yang merupakan bingkai luar bagian atap. Ujung atasnya menyatu dengan puncak atap yang disebut dedeleg.  Rusuk-rusuk yang menempati sudut sudut atap dari tiang-taiang sudut kepuncak disebut pemucu. Rusuk-rusuk yang menempati dipertengahan bidang atap kepuncak disebut pemade. Untuk mendapatkan bidang atap, lengkung, kemiringan dibagian bawah lebih kecil dari bagian atas. dibuat rusuk bersambung yang disebut gerantang. Raab adalah penutup atap bahan yang dipakai genteng pres.

         Hiasan-hiasannya berpedoman pada aturan tata hiasan yang umum berlaku untuk masing-masing elemen. Keseluruhan konstruksi rangka bangunan membentuk suatu kesatuan stabilitas struktur yang estetis fungsional. Hubungan elemen-elemen konstruksi dikerjakan dengan sistim pasak, baji dengan perkembangan arsitektur tradisional dibutuhkan menggunakan paku untuk penguat konstruksi.